Naik kereta api tut….tut….tut……
Halo #SahabatEdukasi, tahukah judul lagu itu?
Betul…itu adalah lagu Naik Kereta Api cipataan Ibu Soed.
Namun kali ini, kita membahas tentang kemajuan perkretaapian di Indonesia yang menjadi salah satu pilihan transportasi darat yang menjadi primadona untuk bepergian jauh.
Yuk, kita bahas satu persatu perkembangan teknologi perkeretaapian yang awalnya menggunakan batu bara hingga menggunakan listrik, ini penjelasannya ya.
1. Tahun 1873, Lokomotif uap C20 buatan Jerman, penggerak berasal dari ketel uap yang dipanaskan dengan kayu bakar, batu bara, atau minyak. Dengan jalur operasional rute Jakarta –Bogor. Tahun 1903 dan 1912 melayani angkutan penumpang dan barang pada rute Gundih – Gambringan – Cepu – Surabya – Solo – Wonogiri – Baturentno. Untuk lokomotif C20, saat ini hanya tersisa 1 lokomotif yaitu C20 01, dan dipajang di museum Ambarawa (Jawa Tengah).
2. Tahun 1925, Lokomotif Listrik. Di Jabodetabek, KRL mulai dirintis tahun 1925. Awalnya kereta tersebut ditarik oleh lokomotif listrik, salah satunya ESS 3201, dengan jalur Batavia (Jakarta) – Buitenzorg (Bogor). Lokomotif ini dijuluki Si Bon Bon atau Djokotop dan kini masih terawatt dengan baik karena dilestarikan oleh Unit Heritage KAI sekarang.
3. Tahun 1953, Dieselisasi meramaikan Industri Kereta Api di Indonesia. Peralihan ini ditandai dengan datangnya lokomotif CC200 yang berjasa mengangkut rombongan peserta Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Kota Bandung.
4. Dekade 2010-an menjadi transformasi pada Perkeretaapian di Indonesia. Sistem pemesanan tiket kereta api secara digital. Semua kereta api jarak menengah maupun jauh telah dipasangi pendingin ruangan.
Bagaimana #SahabatEdukasi, seru kan…..semoga informasi tentang Teknologi Perkeretaapian di Indonesia dapat menambah pengetahuan #SahabatEdukasi ya..
Post a Comment